Bermain saham memang menarik, apalagi ketika melihat potensi keuntungan yang besar. Namun, di balik peluang itu, banyak pemula justru terjebak dalam kesalahan yang membuat mereka rugi bahkan kapok berinvestasi.
Padahal, kalau tahu strateginya, investasi saham bisa jadi sarana terbaik untuk membangun kekayaan jangka panjang.
Nah, biar kamu nggak ikut-ikutan salah langkah, yuk simak 7 kesalahan umum investor pemula dalam bermain saham dan cara menghindarinya!
1. Tidak Punya Pengetahuan Dasar tentang Pasar Saham
Banyak orang terjun ke pasar saham hanya karena ikut-ikutan tren atau ajakan teman, tanpa memahami apa itu saham dan bagaimana cara kerjanya.
Akibatnya, mereka bingung saat harga turun dan malah panik jual rugi.
Cara menghindarinya:
Luangkan waktu untuk belajar dasar-dasar investasi saham. Pahami istilah seperti capital gain, dividen, fundamental analysis, dan teknikal analysis.
Gunakan sumber belajar terpercaya seperti Bursa Efek Indonesia (BEI), OJK, atau buku-buku investasi klasik seperti The Intelligent Investor.
2. Tidak Memiliki Tujuan dan Rencana Investasi yang Jelas
Kesalahan umum lainnya adalah berinvestasi tanpa arah. Banyak pemula membeli saham hanya karena “katanya bagus”, tanpa tahu tujuannya apa.
Cara menghindarinya:
Tentukan tujuan investasi sejak awal. Misalnya, untuk dana pensiun, biaya pendidikan anak, atau pembelian rumah.
Setelah itu, buat jangka waktu dan strategi investasi yang sesuai, seperti fokus pada saham blue chip untuk jangka panjang.
3. FOMO alias Takut Ketinggalan Tren
Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) sering banget bikin investor pemula kalap beli saham yang sedang naik karena takut ketinggalan.
Padahal, saat euforia pasar tinggi, harga saham biasanya sudah berada di puncak.
Cara menghindarinya:
Selalu gunakan analisis sebelum membeli saham. Jangan hanya karena melihat banyak orang beli, kamu ikut-ikutan.
Ingat, investor sukses bukan yang cepat masuk, tapi yang tahu kapan waktu yang tepat untuk masuk.
4. Tidak Melakukan Diversifikasi
Salah satu kesalahan fatal adalah menaruh semua modal di satu saham saja. Jika saham itu anjlok, kerugian kamu bisa besar.
Cara menghindarinya:
Gunakan strategi diversifikasi portofolio. Sebar investasimu ke beberapa saham dari sektor berbeda – misalnya sektor keuangan, teknologi, dan konsumer.
Bisa juga kombinasikan dengan instrumen lain seperti reksa dana atau obligasi untuk menekan risiko.
5. Mengabaikan Analisis Fundamental dan Teknikal
Banyak investor pemula hanya menebak-nebak harga saham tanpa melakukan analisis. Padahal, dua analisis ini sangat penting untuk mengetahui prospek perusahaan dan tren pasar.
Cara menghindarinya:
Gunakan analisis fundamental untuk melihat kesehatan keuangan perusahaan (laba, utang, prospek bisnis), dan analisis teknikal untuk membaca pola pergerakan harga saham.
Kamu tidak harus jadi ahli, tapi setidaknya pahami dasarnya sebelum memutuskan beli atau jual saham.
6. Panik Saat Harga Saham Turun
Pasar saham memang fluktuatif. Harga bisa naik turun setiap hari, dan banyak pemula yang panik lalu menjual saham di saat yang salah.
Cara menghindarinya:
Jangan terburu-buru menjual saham saat harga turun. Pelajari dulu apakah penurunan tersebut bersifat sementara atau karena fundamental perusahaan memburuk.
Kalau hanya karena kondisi pasar sementara, justru itu bisa jadi peluang beli saham bagus dengan harga diskon.
7. Berpikir Ingin Cepat Kaya dari Saham
Ini adalah kesalahan paling umum dan paling berbahaya. Banyak orang berharap bisa kaya dalam waktu singkat lewat saham, padahal investasi saham adalah permainan jangka panjang.
Cara menghindarinya:
Bangun mindset jangka panjang. Gunakan strategi menabung saham atau Dollar Cost Averaging (DCA) – beli saham secara rutin dalam nominal yang sama setiap bulan.
Dengan cara ini, kamu bisa menikmati hasil yang stabil dan konsisten dalam jangka waktu bertahun-tahun.
Bermain saham tidak semudah mengikuti tren atau mendengar rekomendasi orang lain. Diperlukan strategi, disiplin, dan pengetahuan yang cukup agar kamu bisa bertahan dan berkembang di pasar modal.
Dengan menghindari 7 kesalahan di atas, kamu sudah selangkah lebih dekat menuju kesuksesan sebagai investor yang cerdas dan bijak.
Ingat, tujuan investasi bukan untuk cepat kaya, tapi untuk membangun kesejahteraan jangka panjang.












